Site icon IAI NEWS

Kenapa Diksi Positif Bisa Membantu Kesembuhan?

SUATU pagi, Aden baru saja keluar dari ruang dokter dengan wajah lesu. Ia baru saja didiagnosis menderita penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan jangka panjang. Dalam situasi ini, diksi positif dapat menjadi kunci untuk membantu proses pemulihan.

Di kepalanya, hanya ada kalimat: “Aku sakit. Aku nggak akan bisa seperti dulu lagi.” Hari-harinya jadi terasa berat, setiap obat yang diminum seakan mengingatkannya pada rasa sakit. Namun, dengan mengubah pola pikir melalui diksi positif, harapan bisa kembali muncul.

Hingga suatu hari, seorang sahabatnya berkata: “Coba ubah cara bicaramu, Den. Katakan pada dirimu: aku sedang dalam proses sembuh. Bukan aku sakit”.

Awalnya, Aden ragu. Masa sih hanya dengan mengubah kata-kata bisa membantu? Namun, ia mencoba.

Setiap pagi, ia mulai berkata di depan cermin: “Hari ini aku lebih kuat. Hari ini aku lebih sehat”.

Perlahan, semangatnya tumbuh. Ia lebih rajin minum obat, lebih bersemangat untuk berolahraga ringan, dan lebih sabar menjalani proses penyembuhan.

Anehnya, tubuhnya benar-benar terasa lebih ringan dan tenaganya meningkat.

Dari kisah Aden, kita bisa belajar bahwa kata-kata yang kita ucapkan pada diri sendiri—yang disebut diksi positif, ternyata bisa memengaruhi perjalanan penyembuhan kita. Tapi kenapa bisa begitu?

Pertama, diksi positif memengaruhi pikiran dan emosi. Saat kita terus-menerus berkata, “Aku sakit, aku lemah,” otak menangkap sinyal itu dan tubuh ikut merespon dengan rasa lesu.

Sebaliknya, jika kita berkata, “Aku sedang pulih, tubuhku kuat,” maka otak mengirim sinyal optimis yang membuat kita lebih bersemangat menjalani aktivitas. Pikiran yang tenang dan positif terbukti bisa membantu tubuh melawan penyakit lebih baik.

Kedua, diksi positif membuat kita lebih patuh terhadap pengobatan. Saat kita percaya bahwa setiap obat yang diminum adalah langkah menuju kesembuhan, kita jadi lebih konsisten.

Bandingkan jika setiap kali minum obat kita merasa terpaksa sambil berkata dalam hati: “Ah, percuma saja”. Kata-kata itu bisa membuat kita malas minum obat dan akhirnya kondisi kesehatan memburuk.

Ketiga, diksi positif bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Banyak penelitian menunjukkan bahwa stres, cemas, dan pikiran negatif dapat menurunkan imunitas.

Sebaliknya, rasa optimis, bahagia, dan tenang bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh. Jadi, dengan sering menanamkan kalimat positif, secara tidak langsung kita sedang memberi nutrisi pada mental sekaligus fisik kita.

Keempat, diksi positif membantu kita melihat harapan. Penyakit sering kali membuat seseorang merasa putus asa. Namun dengan mengubah kalimat dari “Aku nggak akan sembuh,” menjadi “Aku sedang dalam proses sembuh,” kita membuka ruang harapan. Harapan inilah yang memberi energi untuk terus berjuang, meski perjalanan terasa panjang.

Tentu saja, diksi positif bukan berarti menolak kenyataan atau berpura-pura tidak sakit. Ini tentang bagaimana kita memilih kata-kata yang lebih mendukung penyembuhan, bukan yang melemahkan.

Kata-kata sederhana ini bisa jadi “vitamin” tambahan untuk mental.  Karena pada akhirnya, kesembuhan bukan hanya urusan obat, dokter dan apoteker.

Pikiran yang positif, hati yang kuat, dan kata-kata yang penuh harapan juga bisa jadi bagian penting dari prosesnya.

Jadi, yuk mulai hari ini kita pilih diksi positif, karena bisa jadi itulah yang akan mempercepat jalanmu menuju sehat kembali.***

Exit mobile version