Site icon IAI NEWS

Indonesian Young Pharmacist Summit 2024: Ungkap Cara Memilih Probiotik Terbaik

Prof Dr apt Keri Lestari, M.Si, Guru Besar Fakultas Farmasi Unpad saat menyampaikan materi didepan peserta IYPG Summit

DENPASAR, IAINews – Ajang Indonesian Young Pharmacist Summit 2024 yang berlangsung Jumat, 9 Agustus 2024 di Denpasar, menjadi platform penting bagi para apoteker muda untuk memperdalam wawasan dan keterampilan mereka dalam berbagai bidang farmasi.

Salah satu sesi yang paling menyita perhatian adalah materi berjudul “A Guide to Selecting the Right Probiotic” yang berhasil memikat ratusan peserta dengan informasi praktis dan relevan tentang pemilihan probiotik dalam praktik klinik sehari-hari.

Di tengah meningkatnya kesadaran akan kesehatan pencernaan, probiotik semakin menjadi perhatian sebagai suplemen yang menjanjikan berbagai manfaat kesehatan.

’’Kesehatan tubuh secara keseluruhan sangat bergantung pada keseimbangan mikrobiota usus,’’ tutur Prof Dr apt Keri Lestari, M.Si, Guru Befar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Bandung saat menyampaikan materi didepan peserta IYPG Summit.

Hal ini ini dikarenakan mikroba di usus membantu pertumbuhan dan regulasi sistem imun, membantu mencerna makanan, memecah serat yang tidak dapat dicerna oleh enzim tubuh sendiri, dan menghasilkan asam lemak rantai pendek yang baik untuk usus.

Mikrobiota usus juga membantu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap patogen dengan memperkuat barrier usus dan menghasilkan asam lemak rantai pendek yang baik.

Sesi ini menggarisbawahi pentingnya memahami secara menyeluruh berbagai strain probiotik dan keuntungan khusus mereka, serta bagaimana memilih produk probiotik yang tepat untuk kebutuhan pasien.

Para apoteker muda, yang seringkali menjadi orang pertama yang memberikan rekomendasi suplemen kepada pasien, didorong untuk menjadi lebih kritis dan teliti dalam menilai produk probiotik yang tersedia di pasaran.

Seiring dengan meningkatnya permintaan akan suplemen probiotik, para apoteker muda memiliki peran penting dalam memastikan bahwa produk yang mereka rekomendasikan berdasarkan bukti ilmiah yang kuat.

Apakah mikrobiota sama dengan mikrobioma?

Menurut Prof Keri Lestari, kedua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda namun saling berkaitan.

Mikrobioma usus mencakup informasi genetik dari semua mikroba di dalam usus, serta bagaimana gen-gen tersebut mempengaruhi kesehatan pencernaan dan metabolisme tubuh.

Mikrobioma mendukung kesehatan barrier usus dengan menghasilkan zat yang membantu mempertahankan integritas lapisan epitel usus dan mengurangi permeabilitas usus.

Bakteri Lactobacillus dan Bifidobacterium, yang biasanya ditemukan di usus, bertanggung jawab atas pemecahan polisakarida dan serat yang tidak dapat dicerna oleh enzim yang menghasilkan asam lemak rantai pendek atau short-chain fatty acids (SCFAs).

Butirat, asetat, dan propionat adalah contoh SCFAs. Fermentasi bakteri tidak hanya menghasilkan gas seperti karbon dioksida, hidrogen, dan metana, tetapi juga menghasilkan banyak metabolit yang membantu kesehatan pencernaan.

Butirat menjaga lapisan usus tetap sehat, mengurangi peradangan, dan membantu sistem kekebalan tetap sehat.

Propionat dan asetat memiliki efek anti-inflamasi dan membantu mengatur metabolisme glukosa dan lemak.

Beberapa bakteri usus juga menghasilkan vitamin, seperti vitamin K dan beberapa vitamin B, yang sangat penting untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Mikrobioma yang seimbang mendukung bakteri yang baik dan mencegah berkembangnya bakteri patogen, yang dapat mengganggu pencernaan.

Selain dapat mengurangi efek samping dari terapi utama, hal ini juga dapat meningkatkan kesehatan pencernaan dan respons imun, yang keduanya sangat penting untuk mengelola kondisi kronis secara keseluruhan.

Mengapa Materi Ini Begitu Relevan?

Bidang kesehatan telah berkembang dengan sangat cepat, tetapi banyak orang masih belum menikmati manfaatnya.

Metode berbasis bukti dan pengalaman klinis dapat digunakan untuk menggunakan berbagai macam probiotik.

Misalnya, diabetes melitus dengan gula darah yang terkontrol belum tentu terhindar dari stroke, dan sebaliknya gula darah yang tidak terkontrol belum tentu akan mengalami stroke.

Dalam sesi yang dihadiri sekitar 150 apoteker muda dari seluruh Indonesia, pembicara menekankan bahwa pemilihan probiotik bukan sekadar mengikuti tren atau rekomendasi umum.

Setiap individu memiliki kebutuhan unik yang memerlukan pendekatan yang dipersonalisasi.

”Sebagai apoteker muda, Anda ditantang untuk melakukan penelitian dan meningkatkan layanan kepada masyarakat, termasuk dengan menyediakan pendampingan non-farmakologi,’’ ucap Prof Keri Lestari.

‘’Probiotik adalah suplemen yang berguna sebagai terapi tambahan karena dapat meningkatkan efek terapi pada pasien yang menjalani pengobatan untuk penyakit jangka panjang seperti diabetes dan penyakit inflamasi usus dengan memperbaiki keseimbangan mikrobiota usus.’’ ujar Prof. apt. Keri Lestari.

Antusiasme Peserta dan Implikasi Klinis

Banyak pertanyaan yang diajukan selama sesi menunjukkan antusiasme peserta.

Tampaknya para apoteker muda ini ingin mengetahui lebih banyak tentang interaksi probiotik dengan obat-obatan lain, dosis yang tepat, dan cara terbaik untuk memberi tahu pasien tentang penggunaan probiotik.

Salah satu peserta, apt. Vierda, perwakilan IYPG Jawa Timur, dengan penuh rasa ingin tau bertanya, ”Apakah efek probiotik akan berkurang jika pasien terus menjalani gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan makanan berminyak, kurang serat, tidur terlalu sedikit, atau tidur terlalu larut malam?’’

‘’Kebanyakan orang percaya bahwa jika mereka sudah mengonsumsi probiotik, mereka tidak perlu melakukan diet lagi,’’ tanya apt Vierda.

Terapi non farmakologi dengan probiotik yang diikuti dengan perubahan gaya hidup, akan memberikan manfaat yang lebih besar, jawab Prof Keri Lestari.

Jika probiotik rutin dikonsumsi akan terhubung ke otak, sehingga jika kondisi pencernaan menjadi optimal dengan adanya bakteri baik, suasana hati akan baik, dan pasien akan mulai memilih sesuatu yang baik saja untuk dimasukkan ke dalam tubuhnya.

Secara keseluruhan, probiotik sangat penting untuk menjaga mikrobiota usus dalam keseimbangan dan mendukung kesehatan pencernaan yang baik.

Penggunaan probiotik untuk meningkatkan fungsi usus, memperkuat sistem imun, dan mendukung metabolisme tubuh secara keseluruhan dapat dicapai melalui pemilihan spesies dan dosis probiotik yang tepat dan penerapan mereka dalam pendekatan kesehatan yang menyeluruh.

Perbaikan kesehatan yang lebih baik dan lebih seimbang dapat dicapai dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip rasionalitas penggunaan probiotik.

Materi “A Guide to Selecting the Right Probiotic” tidak hanya berhasil mencuri perhatian para peserta, tetapi juga menggugah kesadaran akan pentingnya pengetahuan yang mendalam dalam pemilihan probiotik.

Dengan bekal pengetahuan ini, para apoteker muda Indonesia diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang lebih tepat dan efektif kepada pasien, berkontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.***

Exit mobile version