JAMBI, IAINews – Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (UNJA) menggelar Pelatihan Fasilitator Interprofessional Education (IPE) dalam Penggunaan Kuesioner RESPECT untuk Penilaian Kemampuan Refleksi Interprofesional pada Jumat, 12 September 2025
Kegiatan yang berlangsung secara hybrid di FKIK UNJA dan platform daring ini menjadi bagian dari program pengabdian masyarakat yang didanai oleh PNBP FKIK UNJA tahun 2025.

Pelatihan menghadirkan narasumber Dr. dr. Gita Sekar Prihanti, M.Pd.Ked. dengan moderator sekaligus ketua panitia Dr. dr. Amelia Dwi Fitri, M.Med.Ed. Acara diikuti sekitar 28 dosen dari berbagai program studi, termasuk Kedokteran, Keperawatan, Kesehatan Masyarakat, Psikologi, dan Farmasi
Menurut dr. Amelia, penerapan IPE dalam kurikulum tahap akademik merupakan langkah strategis untuk membangun Triad Identity mahasiswa. Identitas ini mencakup aspek personal, profesional, dan interprofesional sehingga lulusan dapat berkolaborasi efektif dalam layanan kesehatan yang berpusat pada masyarakat.
“IPE membantu mahasiswa memahami peran dirinya, profesinya, serta profesi lain. Dari sinilah akan terbentuk kolaborasi yang saling menghargai demi pelayanan kesehatan yang lebih baik,” ungkapnya.
Dalam pelatihan ini, peserta diperkenalkan pada konsep refleksi interprofesional sebagai salah satu kunci pembentukan Triad Identity. Refleksi dipahami sebagai proses berpikir kritis untuk menganalisis pengalaman, baik personal maupun dalam dinamika tim lintas profesi.
Instrumen Kember dan RESPECT digunakan untuk memfasilitasi reflective writing mahasiswa. Kember menekankan analisis pengalaman belajar, sementara RESPECT berfokus pada penghargaan, etika, dan komunikasi dalam interaksi interprofesional.
“Keberhasilan instrumen ini sangat bergantung pada kompetensi fasilitator. Karena itu, dosen perlu memahami penggunaannya, memberi umpan balik konstruktif, serta menciptakan suasana aman bagi mahasiswa untuk berbagi refleksi,” jelas dr. Gita Sekar.
Rangkaian pelatihan diawali dengan pembukaan dan pre-test, dilanjutkan pemaparan teori mengenai refleksi dan identitas interprofesional. Setelah itu, peserta berlatih menggunakan instrumen Kember dan RESPECT melalui simulasi tulisan reflektif mahasiswa.
Dalam sesi kelompok kecil, peserta berdiskusi, saling bertukar hasil refleksi, dan menerima masukan langsung dari narasumber. Sesi ditutup dengan diskusi interaktif, post-test, serta penegasan pentingnya kesinambungan peran fasilitator dalam proses reflektif mahasiswa.
Melalui kegiatan ini, FKIK UNJA berharap dapat memperkuat kapasitas dosen sebagai fasilitator IPE. Tahap berikutnya akan diarahkan pada mahasiswa, sehingga proses refleksi interprofesional berjalan dua arah dan berdampak nyata pada pembentukan Triad Identity.
“Dengan refleksi interprofesional, mahasiswa tidak hanya belajar dari pengalaman, tapi juga mengintegrasikan nilai, peran, dan kompetensi lintas profesi. Inilah modal utama untuk membangun tenaga kesehatan yang kolaboratif,” pungkas dr. Amelia.***