DI era digital ini, generasi Z (lebih populer disebut genzie) menghadapi tantangan yang tidak pernah dihadapi oleh generasi sebelumnya.
Salah satu fenomena yang mulai sering dibicarakan adalah ‘Duck Syndrome’.
Fenomena ini menggambarkan situasi dimana seseorang tampak tenang dan sukses di permukaan, namun di balik layar, mereka berjuang keras dengan stress dan kecemasan untuk menjaga penampilan tersebut.
Fenomena ini semakin relevan di kalangan genzie, yang menghadapi banyak tekanan dari persaingan profesional dan akademis.
Apa itu Duck Syndrome?
Duck Syndrome adalah fenomena psikologis yang belum banyak diketahui namun berdampak besar pada kesehatan mental seseorang.
Seseorang dengan Duck Syndrome tampak tenang dan baik-baik saja, tetapi sebenarnya mengalami banyak tekanan dan kepanikan saat mencoba memenuhi tuntutan hidupnya.
Istilah Duck Syndrome pertama kali digunakan di Stanford University, Amerika Serikat, untuk menggambarkan persoalan para mahasiswanya dari tekanan sosial dan akademik.
Analoginya adalah seekor bebek yang tenang mengambang di atas air sementara kakinya bekerja keras untuk tetap bergerak di bawah permukaan.
Begitu pula yang terjadi dengan para apoteker genzie, mungkin mengalami kecemasan untuk tampil sempurna di media sosial dan lingkungan kerja.
Tekanan di Era Digital
Di era media sosial, dimana kesuksesan dan kebahagiaan sering diukur berdasarkan penampilan online, apoteker genzie tampil.
Mereka merasa harus selalu dilihat berhasil dan bahagia dalam karir dan kehidupan pribadimya.
Di balik layar, tidak sedikit dari para genzie ini yang menghadapi beban kerja yang berat, ujian yang sulit, dan harapan yang tinggi terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.
Dampak pada Kesehatan Mental
Kesehatan mental dapat terjejas oleh tekanan untuk tampil sempurna ini. Sebagai kaum muda, mereka memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kesehatan dan kesejahteraan pasien, sehingga manajemen stres menjadi lebih penting.
Stres dan kecemasan dapat mengganggu konsentrasi, menurunkan produktivitas, dan bahkan menyebabkan kelelahan kerja (work fatigue).
Strategi Mengatasi Duck Syndrome
- Langkah pertama adalah mengenali gejala Duck Syndrome dan menerima bahwa tidak apa-apa untuk merasa tidak sempurna. Menyadari bahwa orang lain pun mungkin sedang menghadapi masalah, hal ini akan membantu meredakan tekanan yang dirasakan.
- Sangatlah penting memiliki support system yang kuat, keluarga, teman dan rekan kerja yang suportif. Dengan berbagi pengalaman dan mencari dukungan dapat membantu mengurangi beban stres.
- Membuat jadwal yang realistis, belajar mengelola waktu dengan baik dan menetapkan prioritas, sehingga membantu mengurangi stres. Menyisihkan waktu untuk istirahat, dan relaksasi atau healing adalah kunci untuk menjaga keseimbangan hidup.
- Jika stress berlebihan dan kecemasan mulai mempengaruhi kehidupan sehari-hari, disarankan untuk mencari bantuan profesional, sehingga terapi dan konseling dapat diberikan sebagai strategi yang efektif untuk mengatasi tekanan.
Strategi Bagi Tenaga Pendidik
Bagi tenaga pendidik, ada tantangan tertentu dalam menghadapi mahasiswa genzie dalam proses menjalani pendidikan.
Beberapa hal dapat dilakukan, agar para tenaga pendidik bisa mengantarkan mahasiswa genzie mencapai kondisi terbaik mereka, tanpa mengalami stress berlebihan.
- Mendorong komunikasi terbuka antara dosen dan mahasiswa, dengan lingkungan kelas yang inklusif dan ramah, jadwal konsultasi terbuka di luar kelas, dan penggunaan teknologi komunikasi digital dapat dilakukan. Dengan mengajukan pertanyaan terbuka, dosen mendorong peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif.
- Mengurangi tekanan akademis dengan menggunakan metode evaluasi yang tidak hanya berfokus pada ujian, serta memberikan umpan balik konstruktif dan positif.
- Mendorong partisipasi perserta didik dalam aktivitas non-akademis dapat dilakukan dengan menawarkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang menarik dan relevan dengan minat mereka, seperti klub olahraga, seni, musik, debat, dan komunitas sosial. Peserta didik dalam organisasi mahasiswa dapat membantu mengembangkan keterampilan kepemimpinan, kerja tim, dan tanggung jawab sosial. Dengan memberikan peluang dan dorongan ini, peserta didik dapat menemukan keseimbangan yang sehat antara kegiatan akademis dan non-akademis, yang penting untuk pengembangan diri mereka secara holistik.
- Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi stres adalah melakukan kegiatan relaksasi bersama yang mencakup pelayanan komunitas yang dilakukan secara teratur. Dengan memberikan waktu khusus untuk bersantai, dosen dan peserta didik dapat melepaskan diri dari rutinitas akademik. Hubungan sosial pun dapat dibangun lebih kuat. Hal ini membantu meningkatkan kesehatan mental dan fisik mereka, sehingga menghasilkan lingkungan yang lebih harmonis dan produktif dimana setiap orang merasa dihargai dan didukung.

Duck Syndome bukan tidak dapat diatasi. Dengan mengenali gejalanya, membangun dukungan sosial, mengelola waktu dengan baik, dan mencari bantuan profesional, calon apoteker genzie dapat mengatasi masalah ini dan tetap menjalani karir dengan sukses.
Sepertinya, para genzie ini perlu memahami bahwa “It’s okay not to be okay…”***
Referensi:
Davis, B., McDaniel, C.C., Wang, C.H. and Garza, K.B., 2022. Mental health and psychotropic stigma among student pharmacists. Frontiers in Public Health, 10, p.818034.
Liu, C. H., Stevens, C., Wong, S. H. M., Yasui, M., & Chen, J. A. (2019). The Prevalence and Predictors of Mental Health Diagnoses and Suicide Among U.S. College Students: Implications for Addressing Disparities in Service Use. Depression and Anxiety, 36(1), 8-17..
Stanford University. (2020). Duck Syndrome: The Pressure to Look Perfect. Stanford University Wellness Profiles.