Denpasar, IAINews – Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menunjukkan kepemimpinannya dalam memajukan ilmu farmasi klinis di kancah internasional melalui penyelenggaraan The Asian Conference on Clinical Pharmacy (ACCP) 2025) di Bali. Acara prestisius ini berlangsung pada 24–27 Juli 2025 di The Stones Hotel Bali dan dihadiri oleh 776 delegasi dari 23 negara.
Mengusung semangat kolaborasi dan pertukaran ilmu antar negara, konferensi ini menjadi panggung besar bagi Fakultas Farmasi UNAIR untuk memimpin sinergi akademik dengan institusi farmasi terkemuka di Indonesia, antara lain: Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI), Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Fakultas MIPA Universitas Udayana, Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Program Studi Farmasi Klinis Universitas Bali Internasional, Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar, dan Program Studi Farmasi Universitas Bali Dwipa.
Konferensi ini menampilkan lebih dari 570 presentasi ilmiah, termasuk 120 oral presenters (20 moderators), 400 poster presentations, 3 keynote speeches, 6 plenary speakers (3 keynotes & 3 speakers), dan 61 symposium speakers + 25 moderators (Indonesia, USA, China, Singapore, Thailand, Malaysia, Australia, Japan, The Philipines, Hongkong, Qatar, Portugal, Italy, Canada, Korea). Tak hanya itu, 6 pre-conference workshops (18 speakers + 6 moderator) juga digelar untuk mendalami isu-isu terkini di bidang farmasi klinis.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia ACCP 2025, Dr. apt. Yunita Nita, M.Pharm., menekankan bahwa Bali dipilih sebagai tuan rumah bukan hanya karena keindahan alam dan budayanya, tetapi karena perannya sebagai titik temu antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kemanusiaan. “Kolaborasi ini adalah wujud nyata komitmen kami untuk membawa farmasi klinis Indonesia ke panggung global,” ujarnya.
Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Muhammad Madyan, S.E., M.Si., M.Fin., menegaskan bahwa UNAIR berkomitmen mendorong riset transdisipliner dan kolaboratif. “Di tengah tantangan global seperti resistensi antimikroba, personalisasi terapi, dan perkembangan kecerdasan buatan, farmasi klinis membutuhkan pendekatan lintas institusi dan lintas negara,” jelasnya.
Hal senada disampaikan oleh Dirjen Farmasi dan Alat Kesehatan, Dr. apt. Lucia Rizka Andalusia, M.Pharm., MARS., yang menyoroti pentingnya sinergi lima unsur dalam Penta Helix: pemerintah, akademisi, praktisi, komunitas, dan media. Menurutnya, ACCP 2025 menjadi contoh nyata sinergi tersebut untuk memperkuat sistem pelayanan kesehatan nasional dan regional.
Sementara itu, Presiden ACCP 2023–2025, Dr. Helen Zhang, Pharm.D., menyebut ACCP 2025 sebagai momentum penting untuk mempererat jejaring farmasi Asia dan mendorong inovasi berbasis praktik klinis. Ia juga mengapresiasi kolaborasi antarkampus di Indonesia yang dinilai menjadi model integrasi regional yang inklusif dan dinamis.
Mengawali konferensi, para delegasi disambut dengan megah melalui pertunjukan Tari Barong dan Rangda, lambang filosofi keseimbangan dalam budaya Bali. “Pertunjukan ini mencerminkan filosofi hidup yang sejalan dengan prinsip farmasi klinis yaitu keseimbangan, pengendalian, dan keharmonisan,” ujar Dekan Fakultas Farmasi UNAIR, Prof. apt. Junaidi Khotib, Ph.D.
Gala Dinner pada 25 Juli 2025 menutup hari kedua konferensi dengan suasana keakraban dan kolaborasi. Tarian Janger, yang dipersembahkan oleh delegasi Indonesia, menjadi simbol keramahan dan semangat persaudaraan antar delegasi dari berbagai negara.
Melalui ACCP 2025, Fakultas Farmasi UNAIR bersama mitra kampus lainnya tak hanya menunjukkan kapasitas akademiknya, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat kolaborasi ilmu farmasi di Asia. Konferensi ini diharapkan dapat melahirkan inovasi, jaringan kerja sama baru, dan arah baru bagi pelayanan farmasi klinis yang lebih terintegrasi, humanistik, dan berkelanjutan.***