JAMBI, IAINews – Masalah jerawat masih menjadi keluhan utama perawatan kulit di kalangan remaja dan dewasa muda. Namun, siapa sangka bahwa daun dadap serep, yang selama ini tumbuh liar di pekarangan atau pinggir jalan, menyimpan potensi luar biasa untuk dijadikan bahan aktif perawatan kulit.
Hal inilah yang mendorong tim dosen Universitas Jambi (UNJA) untuk melakukan riset mendalam dan mengembangkan sebuah produk inovatif: sabun wajah herbal (facial wash) berbasis daun dadap serep dan nanopartikel perak (nanoperak).
Penelitian ini diketuai oleh Dr. apt. Indri Maharini, S.Far., M.Sc., bersama dua anggota tim: apt. Puspa Dwi Pratiwi,S.Farm., M.Pharm.Sci., dan Dr. apt. Fitrianingsih, S.Farm., M.Farm.
Proposal mereka yang berjudul “Formulasi Facial Wash Anti Acne Nanoperak Dadap Serep” berhasil mendapatkan pendanaan nasional melalui program Hilirisasi Riset – Pengujian Model dan Prototipe Tahun Anggaran 2025 dari Kemendiktisaintek.
“Kami ingin menghadirkan produk perawatan wajah yang alami dan inovatif secara ilmiah,’’ tutur apt. Indri Maharini.
‘’Formula facial wash menggabungkan ekstrak daun dadap serep dengan nanopartikel perak (AgNPs) sebagai bahan aktif utama,’’ jelas apt. Indri Maharini.
‘’Produk ini dirancang khusus untuk mengatasi jerawat (acne) dengan memanfaatkan sifat antibakteri dan antiinflamasi dari nanopartikel perak serta kandungan alami dari daun dadap serep yang memiliki potensi obat tradisional,’’ papar apt. Indri Maharini kemudian.
‘’Facial wash ini berfungsi sebagai pembersih wajah yang efektif mengangkat kotoran, minyak berlebih, dan bakteri penyebab jerawat, sekaligus menenangkan kulit yang meradang,” ungkap apt. Indri Maharini.
Nanoperak sendiri merupakan agen antimikroba yang telah banyak dikembangkan di bidang farmasi karena efektivitasnya membunuh bakteri, bahkan dalam konsentrasi kecil.
Saat dikombinasikan dengan ekstrak daun dadap serep, diperoleh sediaan yang berpotensi menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis, dua bakteri utama penyebab jerawat.
Formulasi sabun wajah ini dirancang untuk memiliki pH seimbang, bebas alkohol, dan tidak menggunakan deterjen keras seperti SLS, sehingga cocok untuk kulit sensitif dan penggunaan jangka panjang.
“Kami sedang menyempurnakan formulasi gel-nya agar tetap stabil, nyaman di kulit, dan memiliki aroma alami khas daun herbal,” tambah apt. Puspa Dwi Pratiwi.
Riset ini tidak hanya menyoroti efektivitas bahan aktif, tetapi juga menggarap aspek keamanan produk, termasuk melalui uji iritasi kulit pada responden, serta desain sediaan yang mendukung proses hilirisasi ke industri kosmetik lokal.
“Sebagai pakar di bidang farmasi klinis dan infeksi, saya sangat tertarik bagaimana tanaman yang tumbuh liar bisa dikembangkan menjadi produk farmasi dan bagaimana implikasi klinisnya pada kulit yang berjerawat. Ini bentuk nyata pemanfaatan biodiversitas lokal,” ujar apt. Fitrianingsih.
Berbeda dari produk komersial yang kerap mengandung bahan kimia keras, facial wash ini diharapkan menjadi alternatif sehat dan berkelanjutan, dengan pendekatan zero waste yang ramah lingkungan.
Dari sisi institusi, keberhasilan tim ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Universitas Jambi.
Prof. Dr. Amirul Mukminin, M.Sc.Ed., Ph.D., selaku Ketua LPPM UNJA, menyampaikan bahwa dukungan terhadap riset seperti ini adalah bagian dari komitmen universitas untuk mendorong riset aplikatif yang langsung menjawab kebutuhan masyarakat.
“Kami percaya bahwa inovasi yang menyentuh kehidupan sehari-hari, seperti perawatan kulit, akan memiliki dampak besar jika dilahirkan dari bahan lokal dan riset berkualitas,” tuturnya.
Melalui sinergi ilmu pengetahuan, bahan lokal, dan semangat inovasi, facial wash herbal dari daun dadap ini menjadi contoh nyata bahwa solusi kecantikan tidak harus mahal dan sintetis — cukup dari pekarangan, dan didorong oleh penelitian serius.***