Tabanan, Bali @IAINews.id – Resistensi antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR) menjadi ancaman terbesar bagi kesehatan global.
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperingatkan bahwa penyalahgunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan dampak yang fatal, bahkan memicu “silent pandemic” yang mengancam ribuan nyawa.
Berdasarkan data WHO, pada tahun 2019, tercatat 1,27 juta kematian global akibat AMR, dan diproyeksi akan terjadi kelonjakan menjadi 10 juta kematian per tahun pada 2050 jika penggunaan antibiotik yang tidak rasional terus dilakukan.
Namun, di tengah ancaman tersebut, sebuah inisiatif di Bali menjadi harapan baru.
Dalam rangka World Antibiotics Awareness Week (WAAW) yang jatuh pada 18-24 November setiap tahunnya, SAJAKA dilaunching.
Apa itu SAJAKA?
Program SAJAKA (Desa Bijak Antibiotik) bertujuan untuk menanggulangi permasalahan AMR dengan pendekatan edukasi yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari ibu rumah tangga, tenaga kesehatan, peternak, hingga siswa sekolah.
SAJAKA diinisiasi oleh One Health Coordinating Center (OHCC) Universitas Udayana berkolaborasi dengan program studi Farmasi Klinis Universitas Bali Internasional (UNBI) dan program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Dhyana Pura.
Tim SAJAKA berfoto bersama
Turut juga dalam kolaborasi ini, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Provinsi Bali, Persatuan Ahli Mikrobilogi Klinis (PAMKI) Bali, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Provinsi Bali, dan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Bali.
Desa di wilayah Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali, menjadi desa pertama di Indonesia yang mempelopori program penggunaan antibiotik secara bijak.
Program ini yang diluncurkan sejak Juli 2022 dimana Desa Bengkel sebagai pilot project.
Pada tahun 2023-2024 program ini dipeluas ke empat desa, yaitu Buwit, Nyitdah, Belalang, dan Pejaten.
Menjangkau Ratusan Masyarakat
Prof. Dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Koordinator One Health Coordinating Center (OHCC) Universitas Udayana, mengungkapkan bahwa pendekatan lintas sektoral yang digunakan telah berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan antibiotik secara bijak.
Prof. Sri Budayanti menyerahkan cinderamata kepada 4 kepala desa
“Kami berhasil mengedukasi sebanyak 399 ibu rumah tangga dan memperkuat peran mereka sebagai pengambil keputusan dalam kesehatan keluarga,” ujar Sri Budayanti saat diseminasi laporan program Sajaka pada 20 November 2024.
Program ini tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membangun kesadaran kolektif untuk mencegah penyalahgunaan antibiotik.
Selain itu, lebih dari 400 siswa juga dilibatkan dalam edukasi interaktif yang membahas AMR dan antibiotik, dengan menggunakan flipchart.
Hal ini bertujuan untuk membentuk kebiasaan penggunaan antibiotik yang tepat sejak dini. Ini melibatkan 15 edukator yang dilatih untuk memperkuat pemahaman dan praktik penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab.
Keterlibatan Masyarakat dan Pihak Swasta
Tidak hanya itu, keterlibatan masyarakat dalam program ini sangat signifikan.
Kepala Desa Nyitdah, Drs. Dewa Putu Alit Artha, mengungkapkan bahwa mereka telah melibatkan kader posyandu dan bidan desa untuk mensosialisasikan penggunaan antibiotik yang bijak.
Camat Kediri Tabanan menyampaikan apresiasi SAJAKA
“Sosialisasi ini dilakukan dalam berbagai kegiatan, mulai dari posyandu balita, ibu hamil, posyandu remaja, hingga senam lansia,” ujar Alit Artha.
Keterlibatan pihak swasta, seperti Pfizer Indonesia, juga memberikan dampak positif.
Pfizer Indonesia turut serta dalam memberikan pendanaan untuk memperluas cakupan program keempat desa tambahan, serta mendukung pelatihan untuk tenaga medis dan masyarakat.
Senior Manager Global Policy & Public Affairs Pfizer Indonesia, Khoirul Amin, menegaskan pentingnya pencegahan AMR di semua lapisan masyarakat.
“Keterlibatan kami dalam program SAJAKA merupakan komitmen untuk mendukung kemajuan sektor kesehatan Indonesia,” kata Khoirul.
Menyongsong Masa Depan yang Lebih Sehat
Seiring dengan semakin banyaknya desa yang bergabung dalam program SAJAKA, tim berharap dapat terus meningkatkan efektivitas program ini.
Diharapkan, dengan edukasi yang berkelanjutan, penyalahgunaan antibiotik dapat ditekan, dan AMR dapat dicegah, sehingga dapat menyelamatkan nyawa dan mengurangi angka kematian di masa depan.
“Kami berkomitmen mendukung penggunaan antibiotik yang bijak dengan menghimbau seluruh anggota IAI Bali agar tidak lagi memberikan antibiotik tanpa resep”, demikian ditegaskan oleh apt. I Gede Purna Yogi Suara, S.Si., Wakil Ketua III IAI Bali yang juga pemilik jejaring apotekKu Group.
apt. Yogi Suara mendukung SAJAKA
Program ini adalah contoh nyata bagaimana upaya kolektif dari pemerintah, masyarakat, akademisi, dan sektor swasta dapat menyelesaikan masalah besar yang mengancam kesehatan global.
Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia dalam menghadapi masalah AMR.***