WALAU hipotermia mengancam, namun aktifitas mendaku gunung selalu menarik dilakukan. Beragam alasan mengapa orang suka melakukan aktifitas mendaki gunung.
Di deretan alasan tersebut sudah termasuk kecintaan pada tantangan fisik dan mental, keindahan alam, kepuasan mencapai puncak, dan kesempatan untuk bersosialisasi serta melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari. Intinya, hidup menjadi lebih bahagia dan ceria.
Namun, di balik itu semua, ada satu hal yang terkadang luput diperhatikan oleh para pehobi mendaki gunung, yakni potensi gangguan hipotermia ketika diperhadapkan pada kondisi alam dan cuaca yang cukup ekstrem.
Kondisi tersebut akan beresiko tinggi jika tidak ada persiapan dan pengetahuan yang mumpuni dalam menghadapi keadaan demikian.
Fakta Hipotermia
Hipotermia merupakan kondisi di mana suhu tubuh turun secara signifikan. Jika kondisi tersebut tidak segera diatasi, hipotermia bisa menjadi komplikasi yang serius, misal terjadinya gangguan fungsi organ-organ penting.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui ciri-ciri hipotermia saat melakukan pendakian di gunung agar bisa segera ditangani dengan tepat.
Ketika tubuh terekspos cuaca dingin dalam waktu yang lama, misalnya saat mendaki gunung, suhu tubuh bisa berkurang. Hipotermia berisiko menghilangkan hampir semua panas tubuh secara signifikan, sehingga bertambah dingin.
Hipotermia memicu bagian hipotalamus untuk mengeluarkan panas. Inilah penjelasan mengapa ketika cuaca dingin, tubuh menggigil sebagai cara untuk mengeluarkan panas dengan bantuan otot.
Menggigil adalah reaksi tubuh yang tidak disengaja (involunter) berupa kontraksi otot yang cepat dan berulang-ulang. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi panas tubuh.
Meski demikian, hal ini memicu penyempitan pembuluh darah sementara atau vasokonstriksi. Vasokonstriksi adalah penyempitan pembuluh darah, terutama pembuluh darah kecil di kulit dan ekstremitas (tangan dan kaki).
Ketika pembuluh darah menyempit, darah dialihkan ke organ-organ vital di dalam tubuh, membantu menjaga suhu inti tetap hangat.
Kedua proses ini (menggigil dan vasokonstriksi) bekerja bersama-sama untuk mempertahankan suhu tubuh inti.
Saat terpapar suhu dingin, tubuh akan melakukan vasokonstriksi terlebih dahulu untuk mengurangi kehilangan panas.
Jika suhu tubuh terus menurun, tubuh akan mulai menggigil untuk menghasilkan panas tambahan.
Tiga Tahapan Hipotermia
Berdasarkan tingkatannya, hipotermia terdiri dari tahap ringan, tahap sedang, hingga tahap berat. Setiap tahap hipotermia menampakkan ciri-ciri yang berbeda.
- Hipotermia ringan
Ketika mengalami hipotermia, salah satu ciri awal yang signifikan adalah menggigil. Menggigil adalah respon alami tubuh agar tetap hangat dan merupakan ciri hipotermia tahap ringan.
Penanganan untuk hipotermia tahap ini adalah cukup dengan penggunaan pakaian tebal dan berlapis, mengonsumsi makanan manis agar tetap berenergi, dan meminum minuman hangat.
Bila upaya tersebut sudah dilaksanakan, maka hipotermia saat mendaki gunung dapat dicegah.
- Hipotermia sedang
Pada hipotermia tahap sedang, penderita sudah tidak lagi menggigil dan tidak berenergi. Kondisi ini dikarenakan tubuh sudah tidak bisa lagi mengeluarkan panas. Selain itu, penderita mungkin akan sulit mengeluarkan suara dan keseimbangan tubuh mulai berkurang.
Di tahapan ini, penderita mudah kebingungan dan mengalami halusinasi. Terkadang, secara tidak sadar melepaskan bajunya sehingga semakin memperparah keadaan.
Namun demikian, tidak semua penderita hipotermia tahap sedang mengalami kehilangan kesadaran.
Hanya saja, perlu untuk diperhatikan, dalam kondisi tersebut, jantung berpotensi mengalami fibrilasi dan kolaps.
- Hipotermia berat
Pada hipotermia tahap berat, penderita akan mengalami gangguan pada fibrilasi ventrikel di jantung. Ciri-ciri hipotermia berat diantaranya; gagal jantung, henti jantung, irama jantung tidak normal, pupil tidak bereaksi, sulit bernapas, hingga kematian.
Tips Mencegah Hipotermia Saat Mendaki Gunung
Berdasarkan pengalaman dan saran dari para pendaki gunung profesional, terdapat sejumlah cara yang bisa diterapkan agar terhindar dari hipotermia saat mendaki di gunung, yaitu:
- Sebelum mendaki gunung, siapkan pakaian tebal dan berlapis. Sehingga jika diperlukan dapat segera digunakan. Jika tidak, pendaki rentan terkena hipotermia. Pendaki juga dianjurkan untuk menyediakan baju cadangan, jaket gunung, kantong tidur, atau tenda jika berkemah.
- Terapkan olahraga simpel, misalnya stretching, untuk menghangatkan tubuh. Lakukan pemanasan tapi jangan berlebihan, karena justru dapat menghilangkan energi dan panas tubuh.
- Pastikan kondisi tubuh dalam keadaan fit, bugar dan sehat optimal. Ketahanan fisik dapat mengurangi risiko hipotermia.
- Membawa bekal minuman dan makanan yang cukup. Sebaiknya dilengkapi dengan peralatan masak supaya bisa digunakan untuk menghangatkan makanan atau minuman saat istirahat di tempat pendakian.***