Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iai.id
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Bohong Jika Aku Bilang Jadi Apoteker Itu Mudah

Lulusan dengan IPK dan nilai OSCE tertinggi pada Pengambilan Sumpah Apoteker Periode X, Universitas Bakti Tunas Husada, Tasikmalaya, pada 30 April 2025
banner 120x600
banner 468x60

”BOHONG jika aku bilang s’lalu kuat. Lemah datang di saat-saat tak tepat. Beruntung ku di jaga. Kawan erat Ayah buat ku dan Dia semakin dekat. Daur hidup akan selalu berputar. Tugasku hanya bertahan. Terus jalan dan mengalirlah seperti air. Dari lahir sampai ku jadi debu di akhir”.

Cuplikan lirik lagu yang maknanya mendeskripsikan perjuangan menempuh pendidikan sampai menjadi seorang Apoteker.

Iklan ×
Lulusan dengan IPK dan nilai OSCE tertinggi pada Pengambilan Sumpah Apoteker Periode X, Universitas Bakti Tunas Husada, Tasikmalaya, pada 30 April 2025

Jika pernah mendengar seseorang mengatakan “jadi Apoteker itu mudah”, percayalah itu adalah kebohongan yang besar!.

Ketika melihat Apoteker di balik etalase Apotek, tidak sedikit orang berkata dalam benaknya “pekerjaan yang mudah”.

Pekerjaannya hanya melayani resep dengan menyiapkan, menyerahkan, dan menyampaikan informasi singkat penggunaan obat.

Sebenarnya, pandangan ini jauh dari kenyataan yang dijalani oleh Apoteker.

Berprofesi sebagai Apoteker tidak hanya sekedar pelayanan obat ke pasien atau yang kebanyakan orang berpandangan “hanya jualan obat”.

Lebih kompleks dari sekedar ‘berjualan obat’,  melainkan lebih kompleks dari ini, diperlukan pengetahuan luas, kecepatan, ketepatan dan ketelitian yang tinggi, serta tanggung jawab yang besar.

Tidak hanya dihadapkan dengan obat-obatan melainkan nyawa pasien pun jadi tanggung jawab utama.

Baca Juga  Bagaimana Apoteker Membantu Mencegah Kesalahan Penggunaan Obat Secara Efektif?

“Pendidikan tidak kenal kata cukup” adalah kalimat yang tepat untuk Apoteker.

Perjalanan sampai menjadi Apoteker yang kompeten butuh waktu yang panjang dan proses yang menantang.

Harus menyelesaikan Sarjana Farmasi yang lamanya 4 tahun, di tahap ini akan dihajar oleh segudang ilmu dengan tingkat kesulitan masing-masing.

Ilmu yang tidak harus dihafal melainkan benar-benar dipahami. Ilmu yang tidak hanya ditujukan untuk pelayanan klinis tetapi ditujukan juga untuk pemahaman secara industri.

Tidak hanya cara kerja obat di dalam tubuh, namun proses pembuatannya pun harus juga dipahami.

Tidak hanya sampai di sini, setelah peroleh gelar sarjana farmasi masih harus melanjutkan ke tahap profesi Apoteker.

Waktunya lumayan singkat hanya 1 tahun. Tetapi, dalam waktu setahun ini, hajaran ilmu yang lebih berat benar-benar dirasakan.

Tidak lagi belajar secara teori, melainkan praktek langsung ke unit pelayanan kesehatan.

Apotek, puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan, pedagang besar farmasi, maupun industri disapu rata untuk melatih kemampuan secara langsung di lapangan.

Rasa lelah yang menghajar tiap hari, malam yang harus direlakan dengan begadang, air mata yang diam-diam mengalir, tidak menjadikan kata menyerah karena ada semangat yang harus terus dipacu dan dipaksakan.

Baca Juga  Kolaborasi, Cara Jitu Perkenalkan Profesi dan Tingkatkan Daya Saing di Era Global

Berat, berat, dan berat dengan masa ini.

Di tengah tempaan ragu pada diri sendiri mampukah atau tidak, rasa yang terkadang ingin sekali untuk berhenti dan menyerah.

Dibalik itu semua ada satu alasan yang membuat terus lanjut “kedua malaikat yang penuh doa dan harap itu” ya benar, ada sosok Mamah dan Bapak yang bermimpi bisa membersamai putra maupun putrinya memakai jas putih gading mengucap sumpah Apoteker di bawah kitab suci itu.

Pengorbanan yang luar biasa ini terbayar manis, saat harapan kedua malaikat itu bisa terwujud dengan senyum di wajah mereka.

Gelar Apoteker yang kompeten, tidak hanya sebuah gelar biasa, melainkan sebuah sumpah akan menjaga fitrah dan menjalankan tanggung jawab yang besar.

Apoteker adalah garda terdepan memastikan keselamatan pasien dalam menggunakan obat. Setiap resep yang diterima harus diperiksa dengan teliti, memastikan tidak ada interaksi obat, efek samping berbahaya, ataupun alergi terhadap obat yang diresepkan.

Baca Juga  Apoteker, Yuk Belajar Berpantun

Satu kesalahan kecil ini bisa berdampak pada nyawa pasien. Untuk semua tanggung jawab ini, tuntutan profesionalitas bagi Apoteker sangat tinggi.

Apoteker tidak boleh berhenti dan diam hanya dengan ilmu yang dimiliki selama kuliah. Melainkan, perlu belajar seumur hidup, perlu pelatihan sepanjang masa.

Ilmu farmasi selalu berkembang. Obat obatan terbaru dengan penelitian medisnya terus berdatangan.

Keharusan mengupdate ilmu melalui pelatihan, seminar ilmiah, diskusi jurnal dan guideline menjadi jalan ninja untuk terus bertumbuh dan membawa dedikasi terbaik di tengah perkembangan kesehatan dunia.

Perjuangan yang luar biasa dari Apoteker ini sangat patut diapresiasi dan dijaga martabatnya.

Teruntuk yang pernah terpikir bahwa apoteker “hanyalah penjual obat” ubahlah mindset ini, bukalah pemikiran yang luas.

Apoteker adalah profesional kesehatan yang selalu terus berjuang untuk memberikan pelayanan terbaik dengan mengutamakan kesehatan dan keselamatan pasien di atas segalanya.

Terima kasih para Apoteker hebat. Terima kasih sudah menjadi rekan sejawat penuh tanggung jawab.

Terus berkiprah, mengukir perjalanan yang meningkatkan martabat keprofesian ini. Salam Sejawat, Ikatan Apoteker Indonesia.***

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90