Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iainews.net
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Berpacu Dengan Waktu: Selamatkan Generasi Dari Bahaya Resistensi Antibiotik

OIG4
banner 120x600
banner 468x60

Ditulis oleh : Dr. apt. Lusy Noviani, MM (Praktisi, dan Dosen FKIK Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya)

Antibiotik, telah dikenal dan digunakan secara luas dalam dunia kesehatan untuk mengatasi infeksi. Namun pemakaian yang serampangan menjadikan manfaat antimikroba menjadi bahaya latent yang justru membahayakan kesehatan, bukan penolong sebagai mana dicita citakan oleh penemunya.

Iklan ×
Screenshot 20240327 145604 cn.wps .moffice eng edit 202954517240905
Bahaya Resistensi Antibiotik yang disampaikan oleh Alexander Fleming

Resistensi antibiotik sebenarnya merupakan mekanisme dan fenomena alam dari pertahanan bakteri, penggunaan yang berlebihan baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat, mempercepat fenomena alam ini sehingga resistensi antibiotik terjadi secara cepat dan global di seluruh dunia .1,2 Oleh sebab itu sejak tahun 2015, Resistensi Antibiotik menjadi prioritas utama World Health Organization (WHO) melalui program “Global action plan on antimicrobial resistance”, untuk memastikan pencegahan dan pengobatan penyakit menular dengan obat-obatan yang aman dan efektif 1,2

Bagaimana mekanisme resistensi ini terjadi?

Resistensi antibiotik terjadi ketika antibiotik tidak memiliki kemampuan membunuh bakteri sehingga bakteri menjadi kebal dan infeksi sulit disembuhkan.

Baca Juga  Obat Over The Counter (OTC)

Dampak dari resistensi tidak hanya memperpanjang durasi perawatan kesehatan, namun juga berdampak pada peningkatan risiko morbiditas, maupun mortalitas, dan meningkatkan penyebaran penyakit infeksi, sehingga menjadi beban ekonomi tidak hanya keluarga, namun juga negara

Screenshot 20240327 150036

 

Apa upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi resistensi antibiotik?

Tindakan segera harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat, untuk mencegah era “Pasca Antibiotik” dimana pada era tersebut tidak ada antibiotik yang mampu mengobati infeksi, walaupun infeksi ringan.

Oleh karena itu, berbagai langkah perlu dilakukan secara serentak baik dari tenaga kesehatan, industri farmasi, masyarakat maupun pemerintah.

Screenshot 20240327 150213 cn.wps .moffice eng edit 203246486851278

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah memulai Program Pengendalian Resistensi Antimikroba dengan menetapkan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) di Rumah Sakit yang diatur dalam Permenkes RI No. 8/2015. 5

Program pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) merupakan gerakan pengendalian secara terpadu yang melibatkan hampir seluruh tenaga profesi kesehatan di rumah sakit, termasuk juga Apoteker.

Baca Juga  Apoteker Berbagi Berkah di Bulan Suci: Sentuhan Kemanusiaan dari IAI Kabupaten Karanganyar

Keterlibatan Apoteker dalam tim PPRA, memiliki peran yang sangat vital, antara lain dalam proses seleksi dan penyediaan antibiotik, melakukan pengkajian penggunaan antibiotik, dan berperan aktif dalam membuat serta implementasi kebijakan dan Program PPRA.

Screenshot 20240327 150411
Kolaborasi Apoteker-Dokter dalam tim Pengendalian Resistensi Antibiotik di RS Atma Jaya Jakarta

Dalam pengendalian resistensi antibiotik, kolaborasi berbagai profesi kesehatan menjadi kunci utama keberhasilan program pengendalian resistensi antibiotik. Peran penting Apoteker dalam program pengendalian resistensi antibiotik antara lain :

  • Bersama tim Panitia Farmasi dan Terapi dalam melakukan seleksi, dan pengadaan Antibiotik dengan benar berdasarkan Evidence Base Medicine (EBM) serta melakukan evaluasi penggunaan antibiotik secara kuantitatif maupun kualitatif.
  • Bersama tim PPRA, membuat kebijakan, dan pedoman penggunaan antibiotika di rumah sakit dan program kerja pengendalian resistensi
  • Bersama tim Panitia Pengendalian Infeksi Rumah sakit, turut menyusun pedoman penggunaan antiseptik, penetapan kebijakan penggunaan antibiotik single dose package dan multiple dose container serta ikut aktif dalam peningkatan kepatuhan terhadap kewaspadaan baku tenaga kesehatan dalam perawatan pasien
  • Apoteker berperan dalam kegiatan edukasi dan informasi dalam penendalian resistensi antara lain: pemberian edukasi dan konseling terkait penggunaan, penyimpanan dan pencegahan infeksi serta penyelenggaraan seminar yang mendorong penggunaan antibiotik yang bijak.
Baca Juga  Giat Awal Tahun IAI Wajo bersama ATB PD IAI SULSEL Bantu Korban Banjir di Desa Worongnge

Action must be taken now! Antimicrobial resistance (AMR) is one of the greatest threats facing humanity

Screenshot 20240327 150644

Referensi:

 

  1. World Health Organization. Antimicrobial resistance. 2023 [Cited 2023 August 22]. Available from:https://www.who.int/health-topics/antimicrobial-resistance#:~:text=AMR%20occurs%20when%20bacteria%2C%20viruses,spread%2C%20severe%20illness%20and%20death.
  2. World Health Organization. Global action plan on antimicrobial resistance, 2015
  3. World Health Organization. New report calls for urgent action to avert antimicrobial resistance crisis. 2019
  4. [Cited 2023 August 22]. Available from: https://www.who.int/news/item/29-04-2019-new-report-calls-for-urgent-action-to-avert-antimicrobial-resistance-crisis
    Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Panduan penatagunaan antimikroba di rumah sakit. 2021.

 

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90