PEKAN Imunisasi Nasional (PIN) Polio sudah didepan mata, ayo para apoteker tunjukkan pesonamu kawal vaksin agar tetap berkualitas hingga digunakan. Apoteker jadilah bodyguard vaksin polio.
Pemerintah telah mengumumkan pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio yang dimulai pada 23 Juli 2024.
Program ini bertujuan untuk melindungi anak-anak dari ancaman penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.
Pemberian imunisasi akan dilakukan secara serentak di berbagai lokasi, termasuk posyandu, puskesmas, sekolah, dan pos pelayanan imunisasi terdekat.
Pemerintah telah menetapkan target untuk memberikan imunisasi kepada anak usia 0 – 7 tahun, dengan harapan bahwa melalui partisipasi dalam Pekan Imunisasi Nasional Polio, semua anak-anak dapat terlindungi dari ancaman polio.
Dalam pelaksanaan PIN Polio ini melibatkan berbagai tenaga kesehatan, tenaga kesehatan masyarakat sebagai promosi pelaksanaan PIN Polio dan sebagai advokasi dengan stakeholder dalam upaya sosialisasi pelaksanaan PIN Polio.
Sementera para dokter, perawat, bidan sebagai pelaksana teknis PIN Polio dan yang tak kalah pentingnya apoteker sebagai bodyguard vaksin Polio.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas telah dijelaskan tugas dan tanggung jawab apoteker sebagai penanggung jawab pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Dalam hal pengelolaan vaksin di fasilitas pelayanan kesehatan, Apoteker bertanggung jawab dalam menjaga keamanan, mutu dan khasiat vaksin hingga saat digunakan. Disitulah letak pentingnya peran apoteker sebagai bodyguard vaksin polio.
Sebagai profesional, tugas dan tanggungjawab apoteker adalah sejak merencanakan kebutuhan vaksin hingga mengawal keamanannya.
Pengawalan distribusi vaksin polio ini penting, agar keamanan dan mutunya tetap terjamin hingga saatnya digunakan.
Disinilah letak sukses tidaknya program pemerintah dalam hal ini pelaksanaan PIN Polio.
Sebab bila proses distribusi tidak dikawal ketat, yang mengakibatkan vaksin menjadi tidak lagi memiliki kualitas yang cukup, maka bisa dikatakan program ini akan gagal.
Upaya melindungi generasi penerus dari terpapar polio tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Dengan demikian tidak salah jika kita berbangga dengan profesi kita.
Sebagai bodyguard vaksin Polio kita menunjukkan bukti nyata peran serta apoteker dalam mewujudkan Indonesia Sehat.
Tapi tidak menutup kemungkinan kita pun bisa secara langsung terlibat dalam kegiatan PIN Polio ini, seperti halnya dengan saya pribadi.
Ditempat saya bekerja Puskesmas Sendana I Kabupaten Majene Propinsi Sulawesi Barat, saya sebagai apoteker tidak hanya sebagai pengawal vaksin.
Saya di beri amanah sebagai pelaksana kegiatan secara langaung.
Saya akan terjun langsung kesasaran untuk melakukan pemberian 2 tetes manis vaksin Polio.
Saya merasa sangat bersyukur karena dengan kegiatan ini menunjukkan, profesi apoteker tidak lagi dipandang hanya bisa berada dibalik jendela melakukan peracikan obat, penyerahan obat dan memberikan edukasi terkait obat pasien.
Dengan dilibatkan apoteker menangani pasien secara langsung, rekan- rekan kerja pun merasakan pentingnya seorang apoteker.
Apoteker dapat diajak bekerjasama, bahu membahu baik secara tak langsung maupun langsung melaksakan tugas- tugas sesuai program guna pencapaian tujuan masyarakat Indonesia Sehat.
Jadi, ayo teman- teman apoteker jangan hanya dibelakang meja, mari keluar dari zona nyaman tanpa mengiris rekan kerja yang lain.
Tunjukkan bahwa apoteker bisa berkolaborasi dengan siapa pun, apoteker mampu berkerja dengan sepenuh hati guna tercapainya tujuan yang mulia.***