Site icon IAI NEWS

ADPERTISI Gelar PKM Nasional Bahas Peran Telemedicine Untuk Swamedikasi

TAKALAR, IAINews – ADPERTISI (Aliansi Dosen Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) menggelar kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM Nasional XI) di Desa Paddinging, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Kamis, 10 Juli 2025.

Warga desa yang hadir memenuhi aula kantor desa menyambut gembira kehadiran  ADPERTISI. Melalui Sekretaris Desa Paddinging, Muhammad Arifin, warga desa menyampaikan rasa terimakasihnya atas kegiatan tersebut.

‘’Kami berharap kegiatan edukasi seperti ini bisa dilakukan secara berkala. Masyarakat desa masih membutuhkan banyak pengetahuan tentang Kesehatan mandiri dan penggunaan teknologi dalam layanan Kesehatan,’’ ungkap Muhammad Arifi.

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat kali ini dilaksanakan oleh Kelompok 18 PKM Nasional XI ADPERTISI dengan dosen pendamping/penanggungjawab  Bd. Nelly Nugrawati,S.ST,  M.Kes.

“ADPERTISI berkomitmen untuk mewujudkan salah satu tridharma perguruan tinggi, khususnya dalam pengabdian kepada masyarakat berbasis keilmuan dan teknologi terapan” tutur Bd. Nelly Nugrawati dalam sambutannya.

Topik “Peran Telemedicine Untuk Swamedikasi” dibawakan oleh apt. Imrawati, S.Si., M.Si dari Universitas Almarisah Madani dan apt. Saktiawati, S.Si., M.Si Universitas Megarezky.

Para pemateri menjelaskan secara praktis bagaimana masyarakat dapat memanfaatkan aplikasi telemedicine untuk melakukan pengobatan mandiri secara aman dan tepat, terutama dalam kondisi keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan konvensional.

Bagaimana masyarakat dapat memanfaatkan aplikasi telemedicine ?

Aplikasi telemedicine menawarkan solusi krusial bagi masyarakat, terutama di daerah terpencil atau saat menghadapi keterbatasan akses ke layanan kesehatan konvensional. Dengan pemanfaatan yang tepat, pengobatan mandiri melalui telemedicine dapat dilakukan secara aman dan efektif.

Di tengah pesatnya kemajuan teknologi kesehatan, peran telemedicine dalam mendukung swamedikasi kian tak terbantahkan.

Namun, teknologi canggih saja tidak cukup. Dibutuhkan penyuluhan yang masif dan efektif agar masyarakat benar-benar memahami dan mampu memanfaatkan potensi telemedicine secara optimal untuk praktik swamedikasi yang aman, cerdas, dan bertanggung jawab.

Inilah mengapa penyuluhan tentang peran telemedicine dalam swamedikasi menjadi sangat krusial, terutama di tingkat pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas.

Diawal materi  dijelaskan tentang pengertian telemedicine yakni cara memberikan layanan kesehatan dari jarak jauh, menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

’’Jadi, bapak ibu bisa mendapatkan konsultasi, diagnosis, resep, bahkan pemantauan kesehatan dari dokter atau tenaga medis lain tanpa harus datang langsung ke klinik atau rumah sakit,’’ ungkap apt Saktiawati.

Kemudian dilanjutkan dengan bentuk modern dari pelayanan kesehatan yang memanfaatkan berbagai teknologi, seperti:

Apa Tujuan Telemedicine?

Tujuan utama telemedicine adalah untuk meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil, memiliki mobilitas terbatas, atau ingin menghindari kerumunan di fasilitas kesehatan.

Dengan telemedicine, pasien bisa:

Telemedicine semakin populer, terutama sejak pandemi Covid-19, karena kemudahan dan keamanannya. Ini adalah salah satu inovasi yang mengubah cara kita berinteraksi dengan layanan kesehatan.

Penyuluhan  ini adalah investasi strategis bagi kesehatan masyarakat.

Pertama, ia berfungsi sebagai jembatan pengetahuan. Banyak masyarakat mungkin masih asing dengan konsep telemedicine atau ragu-ragu menggunakannya.

Penyuluhan dapat menjelaskan secara gamblang bagaimana platform telemedicine bekerja, fitur-fitur yang tersedia (seperti konsultasi daring, resep digital, atau pemantauan kesehatan jarak jauh), serta manfaat konkret yang bisa mereka peroleh.

Ini mengubah ketidakpahaman menjadi kepercayaan.

Kedua, penyuluhan berperan penting dalam meningkatkan literasi digital dan kesehatan. Tidak semua orang melek teknologi, apalagi dalam konteks kesehatan.

Lewat penyuluhan, masyarakat diajari cara memilih aplikasi telemedicine yang terpercaya, mengidentifikasi informasi kesehatan yang akurat di internet, serta memahami batasan swamedikasi.

Mereka jadi tahu kapan kondisi kesehatan masih bisa ditangani sendiri dengan panduan telemedicine, dan kapan harus segera mencari pertolongan medis tatap muka.

Ini meminimalisir risiko kesalahan dalam penggunaan obat dan penanganan gejala.

Ketiga, penyuluhan telemedicine mendorong kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dalam menjaga kesehatan.

Ketika masyarakat dibekali pemahaman yang cukup tentang bagaimana memanfaatkan telemedicine untuk swamedikasi, mereka menjadi lebih proaktif.

Mereka bisa mendapatkan advis medis tanpa harus membuang waktu dan biaya perjalanan ke fasilitas kesehatan untuk kasus-kasus ringan.

Ini juga mengurangi beban pelayanan kesehatan, memungkinkan tenaga medis fokus pada kasus-kasus yang lebih kompleks

Kepada IAINews usai kegiatan, apt Imrawati menyampaikan, ada sejumlah faktor sehingga penyluhan ini dapat berhasil.

’’Faktor utama adalah, materi harus disajikan dengan bahasa yang mudah dimengerti, menggunakan contoh-contoh nyata, dan melibatkan sesi interaktif,’’ ungkap apt. Imrawati.

Selain itu, para penyuluh harus berasal dari tenaga kesehatan yang kompeten dan mampu menjawab berbagai pertanyaan masyarakat dengan sabar.

’’Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, pemerintah daerah, dan penyedia layanan telemedicine juga penting untuk memastikan akses dan dukungan berkelanjutan,’’ tegas apt. Imrawati.

Pada akhirnya, penyuluhan tentang peran telemedicine dalam swamedikasi bukan sekadar transfer informasi, melainkan transformasi perilaku.

Ini membuka pintu bagi masyarakat untuk menjadi agen utama dalam pemeliharaan kesehatan mereka sendiri, dibekali dengan alat modern dan pengetahuan yang tepat.

Swamedikasi tidak lagi menjadi tindakan spekulatif, melainkan menjadi bagian integral dari gaya hidup sehat yang didukung oleh inovasi digital.

Materi selanjutnya disampaikan oleh apt, Suhartini, S.Farm, M.Atr.Adm.Kes, dari Unismuh Makassar.

Apt. Suhartini menyampaikan materi yang berfokus pada pengenalan tanaman obat lokal, edukasi digital berbasis infografis, serta praktik langsung pembuatan obat tradisional untuk diare.

Masyarakat diajak untuk mengenal manfaat herbal seperti daun jambu biji, cara pengolahan sederhana, hingga penggunaan yang sesuai.

Para dosen yang turut andil yakni Dra. Nurhaedah, M.Kes (STIKes Amanah Makassar),  Andi Nur Hartati, SKM., M.Kes (Universitas  Tamalate Makassar), Ananda Ramadani, S.Farm., M.Si., apt. Zakiah Thahir, S.Farm., M.Kes., Dr. apt. Delvi Sara Jihan Pahira, S.Farm serta apt. Zulfahmi Hamka, S.Farm, M.Si, dari  Unismuh Makassar.***

Exit mobile version