Makassar, IAINews —
Anging mammiri kupassang. Pitujui tontonganna. Tusaroa takkan lupa. Batumi anging mammiri. Anging ngerang dingin-dingin. Namalontang saribuku. E aule na mangurangi. Tutenaya tutenaya parisina.

Syair lagu “Anging Mammiri” yang begitu masyhur dari tanah Makassar menyimpan filosofi mendalam. Lagu ini berkisah tentang seorang gadis yang menitipkan pesan kerinduan kepada kekasihnya di seberang lautan.
Ia berharap semilir angin akan membawa pesan, meniupkan rasa dingin yang menusuk kalbu, sekaligus mengingatkan sang kekasih untuk segera kembali.
Anging Mammiri dan Apoteker
Filosofi kerinduan dalam “Anging Mammiri” ternyata selaras dengan perjuangan para apoteker. Bagi profesi kefarmasian, angin bukan hanya simbol penantian, melainkan juga semangat perubahan.
Pesan kerinduan itu adalah metafora tentang kebutuhan masyarakat akan kehadiran apoteker yang utuh, peduli, dan bertanggung jawab. Apoteker hadir bukan sekadar menunggu, melainkan meniupkan harapan, menghidupkan semangat, dan membawa perubahan nyata bagi kesehatan.
Filosofi Lokal Bertemu Pesan Global
Filosofi ini berpadu dengan pesan global Hari Apoteker Sedunia yang diperingati setiap 25 September. Pada tahun 2025, Federasi Farmasi Internasional (FIP) mengusung tema: “Think Health, Think Pharmacist.” Sebuah ajakan agar dunia menyadari bahwa apoteker adalah bagian penting dari solusi dalam menghadapi tantangan kesehatan global—mulai dari keterbatasan akses hingga ancaman resistensi antibiotik.
Presiden FIP, Mr. Paul Sinclair, bahkan menegaskan bahwa profesi farmasi tanpa apoteker adalah risiko besar bagi kesehatan publik. Tren di beberapa negara yang mencoba menggantikan apoteker dengan tenaga non-profesional disebut sebagai langkah mundur.
Investasi pada apoteker terlatih dan kompeten adalah wujud komitmen pada keselamatan dan kualitas layanan kesehatan.
Anging Mammiri, Angin Perubahan
Di sinilah makna Anging Mammiri menemukan relevansinya. Untuk mewujudkan seruan global “Think Health, Think Pharmacist,” apoteker di Indonesia harus menjadi “angin” itu sendiri: hadir, bergerak, dan mengalir ke seluruh penjuru negeri.
Kehadiran itu bukan hanya di balik meja apotek, tetapi juga dalam edukasi, konsultasi, penelitian, hingga inovasi pelayanan kesehatan.
Apoteker bukan sekadar penjual obat. Mereka adalah konsultan, edukator, sekaligus garda terdepan kesehatan masyarakat. Komitmen ini adalah bentuk nyata bahwa apoteker peduli, relevan, dan vital dalam sistem kesehatan nasional.
Seperti semilir angin yang menyejukkan, apoteker diharapkan mampu menghadirkan rasa aman, nyaman, dan sehat bagi masyarakat. Biarlah setiap langkah dan karya mereka menjadi hembusan Anging Mammiri yang membawa pesan: kami hadir, kami peduli, dan kami adalah bagian tak terpisahkan dari kesehatan Anda.
Selamat Hari Apoteker Dunia.