Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iai.id
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

“Probiotik, Kunci Keseimbangan Microbiome dan Masa Depan Terapi Antibiotik”

banner 120x600
banner 468x60

Makasar, IAINews – Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) tahun 2025, yang diselenggarkan di Hotel Claro Makassar pada 28-30 Agustus 2025,  menampilkan 33 simposium secara paralel.

Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional apoteker di bidang terapi inovatif, Simposium Ilmiah Apoteker mengangkat topik mutakhir mengenai peran probiotik dalam modulasi microbiome usus dan potensinya sebagai alternatif atau terapi adjuvan antibiotik.

Iklan ×

Acara ini menghadirkan Prof. Dr. apt. Keri Lestari M.Si, seorang guru besar farmakologi dan farmasi klinis yang membawakan paparan ilmiah komprehensif tentang mekanisme kerja probiotik serta implikasinya dalam praktik kefarmasian modern.

Prof. Keri Lestari membuka sesi dengan menjelaskan bahwa microbiome usus merupakan ekosistem mikroorganisme kompleks yang berkontribusi besar pada homeostasis fisiologis, termasuk regulasi imun, metabolisme, dan komunikasi sumbu usus-otak.

Baca Juga  Sering Edukasi Bahaya Produk Lain, Produk Doktif Dicabut Izin BPOM Karena Komposisi Tak Sesuai Data

“Penelitian terkini menunjukkan bahwa dysbiosis microbiome, yaitu ketidakseimbangan komposisi mikroba usus, berperan dalam berbagai kondisi klinis seperti infeksi berulang, gangguan metabolik, dan gangguan neuropsikiatri,” jelasnya.

Lebih jauh, Prof. Keri menyoroti peranan probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah cukup dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan, terutama dalam memulihkan keseimbangan microbiome usus yang terganggu.

“Berbagai strain probiotik, seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium, terbukti mampu menghasilkan metabolit seperti asam lemak rantai pendek (SCFA) yang memodulasi respons imun dan memperkuat barrier epitel usus,” tambahnya.

Simposium ini juga membahas data terbaru dari studi klinis yang menunjukkan bahwa probiotik dapat berfungsi sebagai terapi suportif untuk mengurangi efek samping antibiotik, seperti diare terkait penggunaan antibiotik (AAD), dan mencegah kolonisasi patogen resisten.

Baca Juga  Es Puter Makassar: Membekukan Kenangan Manis di Jalan Somba Opu

Dengan pendekatan ini, penggunaan probiotik bukan hanya sebagai alternatif, tapi juga sebagai strategi sinergis untuk mengoptimalkan terapi antibiotik sekaligus mengurangi risiko resistensi antibiotik, yang menjadi ancaman global,” ungkap Prof. Keri.

Selain aspek mikrobiologi dan farmakoterapi, diskusi yang dimoderatori oleh apt. Yulia Nur Ulva S.Farm.,  membuka ruang bagi para apoteker untuk berbagi pengalaman klinis, tantangan implementasi, serta potensi pengembangan formulasi probiotik baru yang lebih efektif dan stabil.

Simposium ini menegaskan pentingnya peran apoteker dalam edukasi pasien mengenai penggunaan probiotik yang tepat, serta dalam mendukung penelitian lanjutan untuk menghadirkan terapi microbiome-driven yang terintegrasi dalam pelayanan kefarmasian.***

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90