WAKTU itu di ruang tunggu sebuah rumah sakit. Seorang pemuda duduk bersebelahan dengan seorang ibu paruh baya.
Wajahnya ramah, senyumnya hangat. Sambil menunggu, mereka mengobrol. Dari ceritanya, sang pemuda tahu kalau beliau sedang menjalani terapi pasca-operasi.
Sang pemuda terlihat heran sebab ibu paruh baya itu bercerita tanpa keluhan sedikit pun. Justru kalimatnya penuh semangat. “Tubuh saya pintar, Nak,” katanya sambil tertawa pelan. “Dia tahu caranya sembuh. Tugas saya cuma membantu.” Kalimat itu menempel di kepala pemuda. Bagaimana mungkin seseorang yang sedang sakit bisa bicara dengan nada seperti itu?
Sejak pertemuan itu, sang pemuda menjadi sadar. Kata-kata bukan cuma rangkaian huruf yang keluar dari mulut. Mereka punya daya. Kata-kata yang akan kita sebut dengan istilah diksi positif.
Diksi positif itu seperti sinar matahari untuk hati. Saat diucapkan, ia memancarkan kehangatan, memberi rasa tenang, bahkan kadang membuat tubuh terasa lebih ringan.
Sebaliknya, diksi negatif ibarat hujan deras yang dingin dan gelap. Ia bisa membuat kita lesu, tak berdaya, dan merasa perjalanan sembuh ini terlalu berat.
Mari kita mulai mencoba. Saat bangun pagi, kita ucapkan pada diri sendiri, “Hari ini aku akan lebih baik dari kemarin’’.
Waktu rasa nyeri datang, kita ucapkan, “Tubuhku sedang bekerja keras memperbaiki diri.”
Aneh, ya? Tapi makin sering kita melakukannya, makin terasa efeknya. Bukan berarti rasa sakit hilang seketika, tapi hati kita jadi lebih sabar, pikiran lebih tenang. Dan ternyata, itu membantu tubuh bekerja lebih optimal.
Disaat kita mulai memperhatikan kata-kata dari orang sekitar. Ketika keluarga berkata, “Kamu kuat, kamu pasti bisa,” rasanya seperti mendapat dorongan ekstra.
Tapi ketika ada yang bilang, “Duh, kok belum sembuh-sembuh?” rasanya seperti ditarik mundur.
Itu membuat kita menjadi paham bahwa kita perlu “menyaringkan” kata-kata yang masuk ke telinga, sama seperti kita memilih makanan sehat untuk tubuh.
Mungkin awalnya terdengar sepele atau bahkan agak aneh. Satu diksi positif yang kita ucapkan pada diri sendiri bisa jadi awal perubahan besar. Cobalah mulai hari ini. Di depan cermin, bisikkan kata-kata yang menenangkan:
“Aku sedang berproses menuju sehat.”
“Tubuhku tahu cara pulih.”
“Setiap hari, aku makin kuat.”
Bagaimana rasanya? Diksi positif memang tidak bisa menggantikan obat atau terapi medis. Diksi positif menjadi “obat hati” yang membuat perjalanan sembuh lebih ringan. Karena kesembuhan itu, sejatinya, bukan hanya urusan tubuh, tapi juga urusan hati dan pikiran.
Jadi, hari ini… apa kata pertama yang akan kita ucapkan pada diri sendiri?***