HARI Media Sosial Indonesia diperingati setiap tanggal 10 Juni. Hal ini menjadi pengingat bagi masyarakat Indonesia untuk menggunakan media sosial secara proporsional.
Bermedia sosial secara proporsional berarti menggunakan media sosial dengan bijak dan bertanggung jawab, dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatif, serta menjaga etika serta norma yang berlaku.
×
Dalam bermedia sosial, sopan santun dalam berkomuniasi tetap perlu dijaga. Saling menghargai perbedaan opini dan pendapat, menggunakan bahasa yang baik dan benar, termasuk di dalamnya menghindari perundungan dan ujaran kebencian.
Selain itu, perlu diperhatikan aspek privasi dan hak cipta agar terhindar dari delik aduan secara etik dan hukum.
Ketika bermedia sosial, juga memprioritaskan kebermanfaatan dan kebaikan bagi masyarakat. Oleh karena itu, harus selektif dalam menyebarkan informasi. Hindari penyebaran berita hoaks dengan selalu melakukan validasi dari setiap informasi yang disebarkan.
Apoteker dan Media Sosial
Salah satu keunggulan media sosial adalah dapat dimanfaatkan untuk berbagi informasi dan ide yang bermanfaat.
Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, apoteker sebagai pengguna media sosial dapat memanfaatkan platform media sosial secara positif dan bertanggung jawab.
Apoteker dapat menghasilkan konten yang positif dan inspiratif, bahkan bisa menjadi sumber rujukan informasi yang terpercaya.
Media sosial dapat dimanfaatkan oleh apoteker untuk berbagai tujuan, diantaranya untuk kepentingan edukasi kesehatan, target pemasaran produk farmasi, hingga membangun jaringan profesional.
Apoteker yang aktif bermedia sosial dapat menjelma menjadi seorang “edukator kesehatan”. Dengan kreatifitas yang terus dikembangkan, apoteker tampil di garda terdepan memberikan informasi kesehatan yang akurat lagi mudah dipahami.
Ada banyak materi terkait penyakit, obat-obatan, dan cara penggunaan obat yang aman, dan materi sejenisnya secara berkala dapat menjadi bahan konten edukatif yang menarik untuk disimak oleh masyarakat.
Kesemuanya dapat dikemas baik dalam bentuk infografis, video pendek, atau artikel kesehatan yang disajikan secara kreatif dan tentu saja dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum.
Dengan hadirnya apoteker di belantara media sosial, secara tidak langsung dapat mendorong masyarakat untuk berinteraksi, bertanya tentang masalah kesehatan secara langsung. Dengan demikian, masyarakat dapat mendapatkan saran, jawaban serta pengetahuan dari apoteker yang berkompeten.
Dari sisi bisnis, pemanfaatan media sosial dapat meningkatkan pemasaran produk Farmasi. Dengan pemetaan dan target audiens yang tepat, jangkauan terhadap pelanggan yang tertarik dengan produk-produk farmasi semakin meluas. Tinggal bagaimana apoteker menyediakan informasi produk farmasi yang akurat baik dari kegunaan, efek samping, dan cara penggunaan.
Hal lain yang menjadi manfaat bermedia sosial, apoteker terbantu untuk membangun jaringan profesional. Antar apoteker satu dengan apoteker lain dapat berinteraksi dan saling berbagi pengetahuan, pengalaman, termasuk dukungan dari komunitas.
Alhasil, semakin banyak jejaring pertemanan, semakin mudah dalam mengakses informasi yang berkaitan dengan agenda webinar, seminar, konferensi yang membahas topik-topik farmasi terkini, atau semisal pelatihan soft skill, capacity building, dan keterampilan lainnya yang dapat mendukung performa apoteker semakin profesional.
Dengan demikian, apoteker, akan dirasakan kehadirannya. Tidak saja di mata masyarakat, tetapi juga di tengah pergaulan antar profesi yang lebih menuntut profesionalisme dan integritas sebagai seorang apoteker.***
