TENGGARONG, IAINews – Dalam pengobatan mandiri atau swamedikasi peran apoteker sangat krusial, agar masyarakat terhindar dari kesalahan penggunaan obat yang bisa berakibat fatal.
Karena itu masyarakat perlu mengkonsultasikan pengobatan mandiri atau swamedikasi ini dengan apoteker, saat akan membeli obat.
Hal itu disampaikan dalam program Odah Bekesah yang disiarkan oleh Radio RPK FM Tenggarong, beberapa waktu yang lalu.

Hadir sebagai narasumber apt Dewi Dina Yuliarti, S.Si., Ketua PC IAI Kutai Kartanegara, dan apt. Tri Handayani Wismaningrum, S.Farm, anggota PC IAI Kutai Kartanegara.
Odah Bekesah kali ini membahas tema “Pentingnya Edukasi Penggunaan Obat yang Tepat untuk Masyarakat”.
Acara ini menekankan peran krusial apoteker dalam memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif, terutama dalam konteks swamedikasi atau pengobatan mandiri.
Apt. Tri Handayani Wismaningrum menjelaskan bahwa meskipun banyak obat tersedia bebas di apotek, konsultasi dengan apoteker tetap diperlukan untuk menghindari kesalahan penggunaan.
“Bimbingan profesional dari apoteker sangat penting agar obat yang dipilih sesuai dengan kondisi kesehatan pasien,” ujarnya.
Sementara itu, apt. Dewi Dina Yuliarti menegaskan bahwa apoteker merupakan tenaga kesehatan profesional yang memiliki keahlian di bidang obat-obatan dan terapinya.
“Apoteker bertanggung jawab memastikan pasien menerima pengobatan yang aman, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan kesehatan mereka,” jelasnya.
Apt. Dewi Dina Yuliarti, mengingatkan masyarakat tentang pentingnya memahami konsep swamedikasi, yaitu praktik mengobati diri sendiri untuk gejala ringan seperti sakit kepala, batuk, atau gangguan pencernaan.
“Ingat, sakitku bukan sakitmu, dan obatku bukan obatmu. Jangan berbagi obat karena bisa saja indikasi dan kebutuhan pengobatan antara satu pasien dengan yang lain berbeda,” tegasnya.
Pernyataan ini disampaikan dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih bijak dalam melakukan pengobatan mandiri, serta menghindari risiko kesalahan penggunaan obat yang dapat berdampak buruk pada kesehatan.
Apt. Tri Handayani menambahkan bahaya penggunaan antibiotik tanpa resep dokter, yang dapat menyebabkan resistensi bakteri.
“Resistensi terjadi ketika bakteri tidak lagi merespons antibiotik yang seharusnya membunuh atau menghambat pertumbuhannya,’’ jelas apt Tri Handayani.
‘’Masalah ini semakin parah karena banyak orang menggunakan antibiotik tanpa resep dan kurang memahami cara penggunaannya,” paparnya.
Apt. Tri Handayani kemudian menekankan bahwa antibiotik hanya efektif melawan infeksi bakteri, bukan virus atau jamur.
“Jangan menyimpan antibiotik di rumah atau memberikannya kepada orang lain. Gunakan antibiotik hanya ketika diresepkan oleh dokter,” imbaunya.
Apoteker juga berperan penting dalam membantu pasien memahami efek samping obat melalui pendekatan edukatif dan komunikatif.
Mereka memberikan konseling langsung, menjawab pertanyaan pasien, serta mencegah interaksi obat yang berbahaya.
“Dengan pengetahuan farmakologi yang dimiliki, apoteker dapat mengidentifikasi potensi interaksi antara obat-obatan atau antara obat dengan makanan,’’ ungkap apt Tri Handayani.
‘’Hal ini sangat penting untuk memastikan keselamatan dan efektivitas terapi pasien,” jelas apt. Tri Handayani.
Melalui pendekatan sistematis dan komunikatif, apoteker tidak hanya meningkatkan kualitas hidup pasien tetapi juga berkontribusi signifikan dalam memastikan terapi yang aman dan efektif.
Acara ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran apoteker dan penggunaan obat yang tepat, terutama dalam era swamedikasi yang semakin marak.***