Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iainews.net
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90
Blog  

Hadirnya Apoteker

young hispanic woman pharmacist smiling confident standing with arms crossed gesture pharmacy
banner 120x600
banner 468x60

“Jadikan hadirmu jati dirimu” (Penggalan Lirik Hymne IAI)

PENGGALAN lirik lagu hymne IAI ini singkat, hanya terdiri dari 4 kata. Namun, maknanya sangat mendalam bagi seorang apoteker.

Iklan ×

Lirik lagu itu mengisyaratkan, betapa pentingnya hadirnya apoteker di tempatnya mengabdi, ditempatnya seharusnya melayani.

Dahulu apoteker sering ‘tidak ada’ bahkan ‘menghilang’ dari apotek. Dia hanya datang satu hingga dua kali dalam sebulan, hanya untuk menandatangani beberapa dokumen administrasi yang memerlukan tanda tangan apoteker.

Atau ketika mengambil gaji bulanan. Selebihnya, apoteker memilih ‘bersembunyi’ entah apa yang dia kerjakan.

Ketua Umum PP IAI periode 2014 – 2018 dan 2018-2022, apt Nurul Falah Eddy Pariang, sering menyebut apoteker yang tidak ada di pelayanan tersebut sebagai ghost pharmacist. Apoteker hantu.

Kini zaman berubah dan berkembang, banyak lulusan apoteker di berbagai daerah, tidak hanya terfokuskan di pulau Jawa. Di luar pulau Jawa pun, kian banyak perguruan tinggi yang meluluskan apoteker.

Baca Juga  Seminar Nasional Kesehatan Ika Stiksam Bahas Pencegahan dan Penanganan Gagal Ginjal di Usia Muda

Jika dulu alasan ‘menghilang’ karena jumlah apoteker yang terbatas di suatu daerah. Kini, jumlahnya sudah berlimpah.

Sekarang sudah masanya apoteker hadir untuk masyarakat. Apoteker berpraktik di apotek. Apoteker sebagai penyambut pertama dikala pasien berkunjung ke apoteknya.

Bukan sebaliknya, tenaga vokasi farmasi yang diminta melayani. Apotekerlah yang harus tampil pertama untuk memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat.

Wajarlah jika dahulu lebih populer istilah asisten apoteker di kalangan masyarakat, sebab mereka tidak melihat kehadiran apoteker di tengah-tengah mereka.

Tiap kali mampir ke apotek, masyarakat hanya dilayani oleh asisten apoteker (regulasi terbaru menghapus istilah asisten apoteker) atau tenaga vokasi kefarmasian. Mereka tidak merasakan kehadiran apoteker.

Dengan hadirnya apoteker di apotek akan memberikan dampak yang luas untuk masyarakat. Bukan hanya dari segi pencitraan profesi apoteker, tetapi juga dari segi peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian pun akan sangat dirasakan oleh masyarakat.

Baca Juga  Peringati WPD 2024, PC IAI Pinrang Gelar Dagusibu, Senam Sehat, dan Donor Darah

Empat kata pada lirik tersebut, sangat mewakili harapan masyarakat Indonesia. Masyarakat ingin hadirnya apoteker untuk mereka. Mereka belum banyak mengenal siapa itu apoteker? Tenaga kesehatan yang mereka tahu, sebatas dokter, perawat, dan bidan.

Keberadaan apoteker pun akan mereka rasakan saat hadirnya apoteker di apotek. Hadir dalam artian berpraktik secara full, melakukan pelayanan kefarmasian di apotek.

Tidak hanya ketika pasien datang kemudian menjual obat. Itu hanya sebatas transaksi jual beli obat. Bukan melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Hadirnya apoteker adalah apoteker berpraktik di apotek.

Banyak pelayanan kefarmasian yang bisa dilakukan di apotek seperti yang tertera di regulasi terkait standar pelayanan kefarmasian di apotek.

Atau bisa juga hadirnya apoteker berpraktik dengan melakukan inovasi-inovasi terbaru dalam dunia kefarmasian terkait pelayanan kepada pasien.

Baca Juga  Dr. Apt. Fitriana Yuliastuti, M.Sc Raih Gelar Doktor di Bidang Farmasi, Angkat Tema Farmakoekonomi

Apabila kita tidak bisa hadir di apotek, serahkanlah tanggungjawab apotek tersebut kepada apoteker yang bisa berhadir dan bisa berpraktik di apotek.

Banyak lulusan apoteker yang siap berpraktik di apotek. Jangan sampai mereka ‘tercemari’ dengan istilah apoteker teken kabur (tekab).

Apoteker tekab adalah apoteker yang hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri, terlalu egois.

Ia menginginkan berada di tempat pelayanan tersebut, walau tidak bisa hadir, dan membiarkan ada apoteker yang siap berpraktik tapi malah dia tetap hanya ‘meminjamkan namanya’ agar apotek tersebut bisa tetap beroperasi.

Apabila jati diri apoteker ada pada hadirnya apoteker, mengapa kita tidak mau hadir untuk masyarakat? Bagaimana masyarakat bisa merasakan keberadaan apoteker, jika dia tidak hadir di apotek untuk berpraktik?

Karena itu ayuk apoteker Indonesia, praktik bertanggungjawablah. Karena sejatinya hadirmu adalah jati dirimu.***

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90