TABALONG, IAINews – Sebuah kisah tentang Pojok Ngombe dimulai dari sebuah perjalanan sosok perempuan ini.
Ketika terik matahari membakar kulit, sosok perempuan berjilbab itu harus melewati jalan tanah perbukitan penuh batu.
Begitu pula jika hujan deras mengguyur, maka dia harus melewati jalan penuh lumpur. Kiri dan kanan jalan yang dilewatinya adalah hutan yang dipenuhi pepohonan dan berbagai tanaman hutan.
Akses listrik pun belum ada ketika dia pertama kali menginjakkan kaki di tempat tersebut. Baru sekitar akhir tahun 2023, desa ini mendapatkan aliran listrik dari PLN.
Tekad nan kuat dan semangat membara tak mengecilkan hatinya untuk mengabdi kepada negara. Melayani masyarakat sepenuh jiwa. Demi kemajuan kesehatan anak bangsa.
Tahun 2019 dia mengawali kisahnya bersahabat dengan alam dan memulai berbagai petualangan.
Puskesmas Panaan menjadi tempat pengabdiannya. Puskesmas Panaan terletak di desa Panaan kecamatan Bintang Ara. Ditempuh perjalanan sekitar 2 jam dari ibukota kabupaten Tabalong. Desa ini berada di perbatasan antara Kalimantan Selatan dengan Kalimantan Tengah.
Puskesmas Panaan awalnya termasuk kategori puskesmas terpencil, tetapi sekarang sudah berubah menjadi puskesmas perdesaan.
Akses jalan menuju ke sana masih sulit, sebab jalan belum di aspal hanya tanah, ketika musim hujan akan menjadi penuh lumpur.
Transportasi yang bisa digunakan yakni motor trail dan mobil double gardan. Puskesmas ini dikelilingi hutan, pengunungan, dan jurang.
Adalah apt. Fitri Ayu Ningsih, S.Far, C.Herbs sosok yang mewarnai puskesmas Panaan dengan inovasi yang ‘wah’.
Berkat inovasinya tersebut, tim penilai tenaga kesehatan teladan di puskesmas tingkat Provinsi Kalimantan Selatan memberikan anugerah terbaik pertama kepada sosok yang dari kecil hingga lulus SMK Farmasi berada di Pekanbaru, Riau.
‘’Inovasi itu berawal dari lonjakan kasus nasopharygitis akut/CC dan faringitis yang mengakibatkan kekosongan stok obat untuk kasus tersebut pada tahun 2022,’’ kenang apt Fitri Ayu Ningsih, memulai kisahnya
‘’Sulitnya akses jalan ke kota Tanjung Tabalong, tidak ada fasilitas kesehatan lain seperti apotek, dan masyarakat desa lebih menyukai pengobatan tradisonal, menjadi pendorong saya mencari akal menyelesaikan masalah ini,’’ tutur apt Fitri Ayu Ningsih.
Alasan itulah yang melatarbelakangi apt. Fitri untuk melakukan inovasi dengan memperhatikan kondisi di sekitar puskesmas.
Di tatalah di pekarangan puskesmas tanaman obat keluarga dan lahirlah inovasi Pojok Ngombe yakni pemanfaatan tanaman herbal melalui pojok pengobatan tradisional puskesmas Panaan.
‘’Sejak kasus nasopharygitis, saya merasa terpanggil untuk membantu pengobatan pasien,’’ papar apt Fitri Ayu Ningsih.
‘’Pada saat itu pasien datang tapi tidak ada obatnya, hanya diobati seadanya. Ini pula yang mendasari seorang apoteker harus lebih simpati dan empati kepada pasien,’’ lanjut apt Fitri Ayu Ningsih.
‘’Agar ketika pasien datang ke puskesmas, puskesmas bisa memberikan solusi,’’ kata apoteker lulusan Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta ini.
Kondisi itulah yang membuat apt. Fitri berpikir jika tidak ada obat kimia maka obat herbal pun bisa jadi solusi.
Dia sulap lahan kosong di pekarangan puskesmas dengan tanaman obat keluarga agar bisa digunakan sebagia obat herbal.
Inilah yang membuat puskesmas sepakat untuk membuat formula khusus. Formula khusus dari tumbuh-tumbuhan yang ada di puskesmas.
Olah tanaman tersebut dalam bentuk sediaan simplisia dan larutan. Simplisia berasal dari tumbuhan yang dikeringkan kemudian di grinder dijadikan simplisia. Sementara obat herbal berupa larutan berasal dari hasil rebusan tanaman obat yang digunakan.
Karya inovasi Pojok Ngombe meliputi: pembuatan ramuan herbal, kombinasi pengobatan antara kimia dan herbal, dan pembuatan kemasan ramuan yang lebih simpel dan praktis.
“Di puskesmas Panaan, setelah dokter mendiagonis dan memberikan resep obat kimia, dokter akan memberikan rujukan ke poli pengobatan tradisional (batra) yang langsung dihandel oleh apoteker, dengan memanfaatkan toga yang ada di pekarangan puskesmas,’’ jelas apt Fitri Ayu.
‘’Apabila tanaman yang akan dijadikan obat tidak atau habis maka saya akan mencari tanaman tersebut ke hutan,” ujar pemilik apotek Fayu Farma Plus Herbal, Tabalong.
‘’Apapun keterbatasan yang kita rasakan saat ini, dana dan waktu misalnya, kita harus mampu keluar dari keterbatasan itu cari jalan cari celah,’’ tegas apt Fitri Ayu
‘’Seperti puskesmas Panaan yang sangat terbatas ketersediaan obat kimianya, kami atasi masalah ini dengan menyediakan obat herbal,’’ terang apt Fitri Ayu.
‘’Begitu juga untuk pasien yang tidak patuh minum obat bisa diganti dengan herbal,’’ katanya.
‘’Apapun yang terjadi, walaupun waktu dan keadaan sempit pasti ada jalan. Setiap masalah pasti ada ujung dan penyelesaiannya,’’ tandas apt Fitri yang sudah tersertifikasi herbalis dasar, pratama, madya, dan utama dari BNSP RI pada tahun 2022.
Menanggapi keberhasilan apt Fitri Ayu sebagai Tenaga Kesehatan Teladan di propinsi Kalimantan Selatan, Ketua PD IAI Kalimantan Selatan, apt M Reza Pahlevi menyampaikan rasa bangganya.
‘’Kami atas nama PD IAI Kalimantan Selatan mengucapkan selamat atas terpilihnya apoteker terbaik I hingga III,’’ kata apt Reza Pahlevi.
‘’Semua apoteker yang terpilih memiliki inovasi yang sama-sama baik dan memiliki karakteristik dan ciri khas masing-masing,’’ lanjut apt Reza Pahlevi.
‘’Semoga ini semua menjadi penyemangat dan inspirasi untuk kawan-kawan apoteker lainnya di Kalimantan Selatan untuk terus berinovasi dan berkreasi. Demi kemajuan apoteker Indonesia”, pesan apt. M. Reza Pahlevi, M.Farm.
Ketua PD IAI Kalimantan Selatan juga menjadi salah satu tim penilai tenaga kesehatan teladan bidang kefarmasian bersama Muhammad Hurmadani, Amd.AK. S.KM dan Dr. Abdul Khari S.KM.M.Si, sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan No. 400.7.1/1246/DINKES/2024 tentang Tim Penilai Penganugerahan Penghargaan Tenaga Kesehatan Teladan di Fasyankes Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2024.***