Informasi
Hubungi Redaksi IAINews melalui email : humas@iainews.net
Floating Left Ads
Floating Right Ads
banner 950x90

Jumlah Penderita TBC di Indonesia Terbanyak Kedua Di Dunia

Jumlah Kematian 150.000 di Tahun 2021

Prof Cicilia W
Prof Dr Cicilia Widiyaningsih, SKM, M.Kes, Guru Besar Epidemiologi Universitas Respati Jakarta
banner 120x600
banner 468x60

JAKARTA, IAINews – WHO ( World health Organisation) melaporkan estimasi jumlah penderita TBC (tuberculosis) tahun 2021 secara global sebanyak 10,6 juta kasus atau naik sekitar 600.000 kasus dari tahun 2020.

Dari 10,6 juta kasus tersebut, baru 6,4 juta (60,3 persen) yang telah dilaporkan dan menjalani pengobatan. Sementara sisanya, 4,2 juta kasus (39,7 persen) belum ditemukan.

Iklan ×

‘’Pada tahun 2021 pula menjadikan TBC sebagai penyakit menular paling mematikan pada urutan kedua di dunia setelah Covid-19,’’ ungkap Prof Dr Cicilia Widiyaningsih, SKM, M.Kes, didepan peserta workshop ‘Peran Tenaga Kesehatan Dalam Penanggulangan TBC di Indonesia’ yang diselenggarakan oleh KTKI (Komite Tenaga Kesehatan Indonesia) beberapa waktu lalu.

Menurut Guru Besar Ilmu Epidemiologi Universitas Respati Indonesia tersebut, pada tahun 2021 TBC berada pada urutan ketigabelas sebagai faktor penyebab utama kematian di seluruh dunia.

Baca Juga  PC IAI Kabupaten Pinrang Merayakan World Pharmacist Day 2024 dengan Penyuluhan Narkoba di 5 SMA/SMK

TBC dapat diderita oleh siapa saja, lanjut Prof Cicilia Widiyaningsih, dari total 10,6 juta kasus di tahun 2021, setidaknya terdapat 6 juta kasus adalah pria dewasa, 1,4 juga kasus adalah wanita dewasa dan 1,2 juta kasus diderita oleh anak-anak.

Sementara itu, kematian akibat TBC secara keseluruhan juga terbilang sangat tinggi.

Setidaknya 1,6 juta orang meninggal akibat TBC. Angka ini naik dari tahun sebelumnya, yakni sekitar 1,3 juta kematian.

Sementara itu kematian yang disebabkan oleh TBC dan HIV tercatat sebanyak 167.000.

TBC termasuk 10 penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia.

Di Indonesia

Sementara itu di Indonesia, prevalensi TBC adalah yang tertinggi kedua di dunia setelah India.

Diikuti poleh China, Filipina, Pakistan, Nigeria, bangladesh dan Republik Demokratik Kongo.

‘’Pada tahun 2020, Indonesia berada di posisi ketiga dengan beban jumlahg kasus terbanyak, sehingga tahun 2021 jelas tidak lebih baik,’’ ungkap prof Cicilia Widiyaningsih.

Baca Juga  Kementerian Kesehatan Resmikan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi Periode 2024-2028

Kasus TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus atau satu orang ditemukan sakit setiap 33 detik.

Angka ini naik 17 persen dari tahun 2020, yaitu sebanyak 824.000 kasus.

Insidensi kasus TBC di Indonesia adalah 354 per 100.000 penduduk. Ioni artinya setiap 100.000 orang di Indonesia terdapat 354 orang diantaranya yang menderita TBC.

Menurut Prof Cicilia Widiyaningsih, kematian akibat TBC di Indonesia mencapai 150.000 kematian, yakni satu orang meninggal setiap 4 menit.

Ini naik 60 persen dari tahun 2020 yaitu sebanyak 93.000 kematian akibat TBC. Ini artinya tingkat kematian sebesar 55 per 100.000 penduduk.

Dikatakan oleh prof Cicilia Widiyaningsih, tenaga kesehatan memiliki peran sangat penting dalam upaya mencegah penyebaran IBC makin meluas di Indonesia.

Baca Juga  Sinergi IAI dan IKAI Tingkatkan Peran Dalam Pembangunan Bidang Kesehatan

Tenaga kesehatan masyarakat memiliki sejumlah kompetensi dalam upaya eliminiasi TB tahun 2030.

Beberapa kompetensi itu antara lain pengkajian dan analisis situasi kesehatan masyarakkat berbasis bukti, pengkajian dan pengembangan sistem kesehatan, pengembangan regulasi dan program kesehatan masyarakat dan pendayagunaan budaya setempat dalam implementasi regulasi dan program kesehatan masyarakat.

Kelompok tenaga kesehatan masyarakat juga memiliki kompetensi komunikasi efektif dan pengembangan kemitraan dalam pengelolaan program kesehatan masyarakat, penurunan risiko kebencanaan kesehatan masyarakat, digital public health, peningkatkan mutu berkelanjutan dalam peningkatan kinerja sistem kesehatan dan program kesehatan masyarakatm kewirausahaan kesehatan masyarakat serta kepemimpinan strategis dan berpikir sistem dalam kesehatan masyarakat.

‘’Dengan kompetensi yang dimiliki tersebut, kelompok tenaga kesehatan masyarakat mampu melakukan analisa situasi dan pengembangan program sehingga eliminasi TB di tahun 2030 dapat tercapai,’’ papar Prof Cicilia Widiyaningsih.***

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 950x90